Minggu, 01 Januari 2017

Perusahaan Keluhkan Kualitas Mahasiswa Magang FDK




Dekan FDK mengaku pihaknya sudah meminta prodi-prodi yang ada untuk mengontrol dan mengevaluasi mahasiswa magang, bahkan ia meminta untuk membuat MOU dengan perusahaan terkait. Akan tetapi selama ini tidak ada laporan dari beberapa prodi yang bersangkutan “semuanya saya tidak tau, tidak ada laporan,” Ujarnya
Beberapa perusahaan media yang menjadi lokasi magang sebagian besar mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Ampel (UINSA), mengungkapkan adanya masalah dalam proses pengajuan mahasiswa magang. Hal itu diungkap salah satu dewan redaksi tabloid Nurani, M. Khozin. Dalam penuturannya, prosedur yang seharusnya menggunakan pengajuan secara resmi dari fakultas maupun jurusan terkait, nyatanya fakultas dakwah maupun jurusan terkait tidak melakukan koordinasi secara formal. “nah itu rupanya sama pihak fakultas atau jurusan tidak diperhatikan dengan baik,” tutur Khozin dengan lugas.
Sebagai langkah kerja sama, menurut Khozin, seharusnya pihak fakultas maupun jurusan yang menaungi mahasiswa terkait, mendatangi perusahaan yang dituju untuk melakukan koordinasi kerjasama. Selama ini, kata Khozin, mahasiswa hanya membuat sendiri pengajuanya, “selama ini mereka mungkin bikin sendiri atau bagaimana?,” Ujarnya. Bahkan seandainya hal tersebut diperhatikan dengan baik oleh jurusannya, kata Khozin, tentu pihaknya akan menyiapkan dengan baik pula, “orang datang dengan serius dengan persiapan yang matang dengan yang asal-asalan itu kan beda,” lanjutnya.
Kaprodi KPI, Anis Bachtiar mengungkapkan bahwa pihaknya memang meminta mahasiswa yang akan magang untuk datang langsung pada perusahaan yang akan ditempati, setelah dipastikan diterima di perusahaan terkait, pihaknya baru akan memberikan surat. “lalu kita bikinkan surat,” Ungkapnya
Dalam pedoman magang mahasiswa prodi KPI pada bab tiga poin satu, tertulis bahwa, pada tahap awal magang harus melakukan observasi lapangan, sekaligus melaksanakan pengajuan kerja sama dengan instansi terkait sesuai dengan konsentrasi yang dipilih. Namun keterangan tersebut tidak menjelasan apakah pada tahap observasi tersebut didampingi oleh dosen atau hanya mahasiswa yang bersangkutan.
Terkait permasalahan tersebut, Dekan FDK,  Roro Suhartini mengakui adanya prodi yang memang menyerahkan secara penuh pada mahasiswa magang untuk mencari sendiri perusahaan yang akan ditempati. Akan tetapi, lanjut dia, seharusnya secara etika perusahaan tersebut harus dikunjungi, “Tanya itu prodi kenapa begitu?,” cetusnya.
Selama ini, surat pengantar dari dekan maupun prodi yang seharusnya diajukan sebelum mahasiswa mengajukan proposal magang diakui redaktur Nurani, M Khozin, jarang sekali diterima oleh pihak Nurani. Padahal, lanjut Khozin, surat pengantar tersebut seharusnya memuat gambaran tentang proses mahasiswa selama magang. Hal itu membuat pihak Nurani merasa bingung dalam menentukan arah pembelajaran mahasiswa magang, “lah kalau kita gak dikasih gambaran, terus anak ini mau diapain?, maunya kesini ngapain?,” ungkap Khozin dengan wajah bingung.
Berbeda dengan Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Khozin menuturkan, mahasiswa yang berasal dari Institusi tersebut mendapat absensi setiap hari, bahkan sudah disipakan blangkonya, target pertemuan hingga jumlah pertemuannya pun sangat jelas. “dan itu harus ditandatangani oleh pembimbing di sini,” jelasnya.
Keluhkan Kesiapan Mahasiswa Magang
            Bukan hanya masalah prosedur, kualitas mahasiswa magangpun dikeluhkan oleh beberapa perusahaan media. di Nurani, beberapa mahasiswa FDK dari Prodi KPI yang magang tempat tersebut kerap kali bolos dalam beberapa pertemuan, Khozin mengungkapkan bahwa kinerja beberapa mahasiswa magang tersebut kurang maksmial, pasalnya dari satu kelompok mahasiswa magang tersebut tidak semuanya hadir, melainkan hanya diwakilkan oleh teman kelompoknya. Bahkan yang hadir kata Khozin, hanya dua hingga satu orang.
 “kan ndak bisa begitu, magang wartawan kok kelompok, mana ada, kerja jurnalistik itu ya personal,  ini kerjo bareng-bareng iku jenenge rombongan, iki duduk praktek tata boga ini mas (kerja bersama-sama itu namanya rombongan, ini bukan praktek tata boga mas-red),” ungkapnya dengan tegas.
Bahkan yang lebih mengejutkan lagi, Khozin menjelaskan dirinya mendapati enam mahasiswa magang yang tercatat di tempatnya,  yang hadir di kantornya hanya dua orang, dan sisanya tidak pernah hadir hingga akhir pertemuan, “ya otomatis tidak saya kasih nilai”. Tegas dia
Secara kualitas menurut Khozin, mahasiswa Fakultas Dakwah masih kalah dibandingkan mahasiswa dari institusi lain, padahal, lanjut Khozin, tabloid Nurani tersebut segmentasinya sudah jelas mengarah pada keagamaan, seharusnya mahasiswa UINSA sudah menguasinya di luar kepala. “berbicara isu keislaman, pendidikan islam, model islami, kesehatan, itu kan ada, dan narasumbernya punya, mestinya kemampuan itu dimiliki teman-teman,” ujarnya
Khozin juga menyatakan kebingungannya terhadap mahasiswa magang, apakah mahasiswa tersebut memang tidak bisa menulis atau memang pada dasarnya mahasiswa tersebut tidak ingin menulis. Hal tersebut bukan tanpa alasan, pasalnya menurut Khozin, pada tahun 2014 yang lalu terdapat mahasiswa yang mengaku tidak paham dengan jurusannya sendiri. “saya ini dari pada ngak masuk mas, ya terpaksa saya ambil dakwah, nggak ngerti saya kpi mas,” tutur Khozin menirukan ucapan mahasiswa tersebut.
Tetapi menurut redaktur tabloid Nurani tersebut, adanya keseriusan dari mahasiswa magang tersebut sudah menjadi nilai tersendiri baginya. akan tetapi, lanjut dia, jika dari awal sudah tidak serius, kata Khozin, maka bisa di pastikan seterusnya tidak akan serius. “bisa di hitung naskahnya teman-teman yag di muat di kita bisa di hitung,” tutur dia
Senada dengan Khozin, dewan redaksi SBO TV, Fanny Firmansyah juga mengatakan hal yang sama, bahwa mahasiswa magang dari UINSA cenderung kurang siap dan sangat minim akan pengetahuan tentang media, “ya temen-temen magang itu datang dengan ketidak tahuan,” ungkapnya
lebih lanjut Fanny menuturkan, seharusnya pihak kampus harus mempersiapkan mahasiswa magang dengan pembekalan, lebih dari itu ia juga mengakui tidak adanya pembekalan dari institusi terkait kepada mahasiswa magang, “seharusnya ada pembekalan,” ungkapnya. Fanny juga mengatakan bahwa, kampus seharusnya mengetahui kinerja masing-masing media yang akan di tempati magang oleh mahasiswanya, “maka kampus harus tau apa yang di hadapi di media tersebut,” lanjutnya.
hal tersebut menurut fanny penting untuk di lakukan, mengingat di masing-masing media mempunyai beban dan pembelajaran yang tidak sama, bahkan Fanny mengungkapkan ia sering kali tidak melibatkan mahasiswa UINSA menggunakan Hi-Tech broadcasting ketika siaran Televisi berlangsung “karena memang mereka tidak tau, yang kedua butuh sekolah, yang ketiga mereka tidak siap On Came Camera,” tutur Alumnus Uinsa tersebut.
lebih lanjut, Fanny menceritakan bahwa mahasiswa Uinsa yang magang di tempatnya sering kali tidak mempunyai pandangan terkait apa yang harusnya ia pelajari, “wong mereka ndak tau mau kemana,” cetusnya. Fanny melanjutkan, ketika Human Resources Development (HRD) menawarkan mahasiswa magang kepada para produser, sering ia tolak lantaran di anggap membuat kinerja semakin tidak efektif, “bukan soal tidak mau minterin, tapi malah ngeribetin akan menjadi masalah,” kata Fanny.
Fanny juga mengungkapkan bahwa harusnya jurusan terkait menyiapkan mahasiswanya yang akan magang, bahkan ia mencurigai bahwa pihak Uinsa tidak melakukan pembekalan kepada mahasiswanya “itu saya jadi curiga, kampus tidak punya upaya untuk minterin hanya, ya menggugurkan sebuah kewajiban,” tutur dia dengan wajah  curiga.
Dalam proses magang seharusnya pihak terkait memberikan arahan kepada mahasiswanya, Fanny mengakui selama beberapa tahun menerima mahasiswa magang, belom ada kejelasan secara pasti mengenai spesifikasi magang mahasiswa Uinsa dari pihak terkait, “itu tidak di siapkan itu juga sangat bermasalah, karena keilmuannya akan menjadi tidak pas ketika seorang magang itu berada di jalur yang tidak di sukai,” ungkapnya.
Tidak adanya pengecekan dosen DPL
Selain masalah-masalah tersebut, intensitas pengecekan dari dosen pembimbing lapangan (DPL) juga menambah daftar masalah yang di keluhkan beberapa perusahaan,  di SBO sendiri Fanny mengakui bahwa dirinya tidak pernah bertemu dengan dosen pembimbing lapangan di tempat mahasiswa magang, “itu yang saya tidak tau, saya tidak pernah bertemu dosennya disini,” ungkapnya.
 justru, kata Fanny, yang sering ia temui adalah guru-guru pelajar dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau ia sebut Grade two, “itu yang sering malah yang datang guru-guru mereka, karena memang mereka disiapkan untuk bekerja,” Ujarnya
Hal tersebut juga di amini oleh Saifuddin Zuhri, pria yang kerap di panggil didin tersebut mengakui bahwa di Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Timur, sangat jarang sekali ada pemantauan dari dosen pembimbing lapangan (DPL) dari mahasiswa terkait, “artinya kalau kinerjanya jelek di tempat magang, perguruan tinggi tidak tau, karena dia tidak pernah memantau,” Ungkap dosen Uinsa tersebut
Selain itu didin juga mengatakan bahwa dosen-dosen dari mahasiswa terkait, jarang sekali melakukan pemantauan, kalau pun ada, kata didin, itu hanya di akhir dan  bersifat komunikasi saja. “karena gini, kalau kita ini tidak pernah memantau itu juga namanya tidak pernah membangun komunikasi dengan pihak terkait, sebaiknya memang harus di selesaikan,” ujar didin dengan nada pelan.

Sabtu, 22 Oktober 2016

Mahasiswa Keluhkan Proses Sidang Proposal Skripsi



Kpi.com – Beberapa mahasiswa program studi, komunikasi dan penyiaran islam (kpi) UINSA dari konsentrasi Jurnalistik, melaksanakan sidang proposal skripsi di Fakultas Dakwah dan Komunikasi pada rabu 12/10 kemaren pagi.
            Ujian yang seharusnya di mulai pada jam 8 pagi tersebut sempat tertunda dua jam hingga jam 10 pagi, lantaran dosen penguji proposal skripsi sedang menghadiri rapat kerja. “ya kan seharusnya dimulai jam delapan, tapi molor sampai jam sepuluh karena dosennya sedang rapat” ungkap elisa salah satu peserta ujian proposal skripsi.
            Lebih lanjut elisa mengungkapkan, bahwa selain adanya rapat kerja dosen penguji, juga terdapat dosen yang tidak hadir lantaran sakit. “kemaren juga ada satu dosen yang nggak hadir karena sakit katanya,” imbuh mahasiswi semester 7 tersebut.
            Selain masalah keterlambatan waktu pengujian, masalah perubahan judul skripsi pun di keluhkan sebagian mahasiswa, lantaran judul awal sangat jauh berbeda dengan rekomendasi dosen penguji hingga harus merubah objek penelitian.
            Samsul Arifin salah satu peserta mengungkapkan kejanggalannya terhadap dosen penguji lantaran sering di ubah-ubah judul skripsi yang ia buat. “ya sering di tarik ulur, awalnya judul saya A tapi disuruh ganti AB, setelah saya ganti AB malah di suruh balik ke A lagi,” tuturnya
            Selain itu, samsul juga mengungkapkan bahwa judul skripsi yang ia buat terlalu umum, dan tidak menyentuh aspek dakwah yang menjadi bagian dari prodinya. Namun dosen pengujinya justru tidak memperbolehkan lantaran khawatir terlalu memberatkan dirinya.
“judul saya kan umum, jadi sama pembimbing suruh kasih aspek dakwah, tapi setelah di ujian proposal malah dilarang karena takut memberatkan saya katanya,” ungkap mahasiswa asal Surabaya tersebut.
Hingga siang ini beberapa mahasiswa masih terlihat berjejer di lobi fakultas dakwah menunggu sidang proposal skripsi.

Problematika, Kode Etik dan Perubahan Strategi dalam Dakwah



Berdiskusi terkait “Dakwah” pada Abad 21 saat ini dan mendatang, tentu banyak hal yang harus kita bicarakan, mengingat dakwah saat ini cukup kompleks untuk di diskursuskan secara koprehensif (luas dan lengkap). Karena dakwah saat ini tidak bisa lagi di maknai secara mendasar, hanya cukup mengajak pada kebaikan dan menjahui perkara yang munkar. Sebaliknya berbicara dakwah saat ini harus menyesuaikan kondisi, situasi, dan realitas yang ada, agar dapat memenuhi dan menjawab persoalaan-persoalan dakwah di era digitalisasi dan arus informasi yang sangat deras sekali.
Problematika Dakwah di Era Arus Informasi
Maka dari itu, untuk menyinggung hal di atas kita harus meninjau kembali problematika dakwah yang terjadi pada saat ini, sebagai pengantar tinjauan aspek ontology dakwah. Yang pertama, dakwah saat ini dapat kita lihat dari fenomena waktu, dimana laju aktifitas dakwah menjadi sangat tinggi dikala memasuki bulan Ramadan, kita dapat membedakan perbedaaan yang sangat signifikan terhadap aktifitas dakwah antara bulan Ramadan dan di luar bulan ramadan.
Hal tersebut terlihat dari banyak pertelevisian memberikan tayangan-tayangan yang bernuansa islami, salah satunya kultum menjelang berbuka puasa. Bahkan beberapa media televisi secara khusus membuat program pencarian bakat dalam bidang dakwah. Katakanlah di televisi indosiar dengan nama program Akademi Sahur Indonesia atau biasa di sebut AKSI Indosiar. Selain itu pula, fenomena artis berjilbab dan fenomena artis menjadi pendakwah juga santer terlihat mengisi program-program di media televisi.
Selain fenomena di atas, terdapat pula fenomena yang terjadi di lingkungan pendidikan. Seperti munculnya pesantren kilat, bimbingan rohani siswa atau ROHIS dan sebagainya, hal tersebut hanya dapat kita jumpai di bulan ramadan saja. Yang kedua, aktifitas dakwah di lihat dari fenomena tarif penceramah. fenomena da’i pasang tarif tersebut sempat menghebohkan dunia entertaint kita.
Pada tahun 2013 yang lalu, penceramah kondang Sholeh Mahmoed Nasution atau yang sering di panggil ustadz Solmed, di beritakan  meminta tarif yang tinggi terhadap sebuah majlis taklim bernama Thariqul Jannah yang dipimpin Lifah Khilafah[1]. Akibatnya  majlis Thariqul Jannah  membatalkan undangannya terhadap ustad Solmed. Kejadian tersebut juga di anggap mencoreng profesi pendakwah oleh habib Novel yang saat itu menjabat sebagai sekretaris DPD Front Pembela Islam  (FPI) DKI Jakarta.
Selain itu sekitar bulan april yang lalu kita juga dihebohkan oleh seorang artis, penulis dan penyanyi, Ustadzah Oki Setiana Dewi. ia terlibat masalah dengan netizen yang mencoba membuat petisi di laman petisi Global Change.org dengan judul “Stop Tayangan Ustadzah Abal-abal Oki Setiana Dewi[2]”. Pembuat petisi tersebut menggugat pemberian gelar ustadzah yang disandangkan pada pemain film Ketika Cinta Bertasbih tersebut.
Pasalnya pembuat petisi menilai ustadzah Oki tidak kompeten dalam berdakwah, hal tersebut dilihat dari pelafalan sebuah ayat-ayat suci Al-qur’an dan hadist nabi Muhammad yang di bawakannya ketika berceramah. Dia juga di tuding oleh netizen bahwa kerap meminta fasilitas khusus dan tarif yang tinggi dalam setiap undangan ceramah yang diterimanya. Tentu hal ini membuat profesi pendakwah tercoreng.
Ajang Gozwu Al-Fikr
            Dari kedua masalah di atas nampaknya masih ada problem lagi yang cukup rumit terkait aktifitas dakwah. Dimana tingginya animo dakwah saat ini secara sadar mengantarkan pada pergesekan pemikiran-pemikiran yang di sertai ideologi tertentu tentang islam. Faktanya perang pemikiran atau gozwu Al-fikr saat ini semakin meningkat, dan meningkatnya perang pemikiran tersebut juga di sertai dengan banyaknya situs-situs islam yang memfasilitasinya dalam menyampaikan ideologinya masing-masing.
            Sebut saja Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), kelompok pengusung Khilafah ini didirikan oleh seseorang  yang bernama Taqiyuddin An-Nabhani asal palestina pada 1953. Kelompok ini memperkenalkan dirinya sebagai perkumpulan politik , bukan perkumpulan spiritual (agama) atau perkumpulan ilmiah.  Di Indonesia kelompok ini si kenal dengan hibut tahrir Indonesia (HTI).
            Tak jarang dakwah yang di lakukan HTI ini oleh sebagian besar organisasi keagamaan di Indonesia seperti NU menolak keras gerakan yang dilakukan oleh HTI tersebut, karena di anggap sebagai gerakan yang akan mengancam keutuhan Negara. Selain HTI muncul gerakan Jaringan Islam Liberal (JIL) yang di pelopori oleh Ulil Absar Abdalla,  dia adalah seorang tokoh cendekiawan muslim sekaligus menantu Ulama’ besar di Indonesia yaitu Mustofa Bisri (Gus Mus).
            JIL merupakan gerakan Intelektual islam yang mencoba membangun paradigma baru mengenai islam, namun tak jauh berbeda dengan HTI sering kali pemikiran-pemikiran kelompok ini di tentang keras oleh masyarakat Indonesia karena di anggap menyimpang dari prinsip-prinsip agama. Kedua hal di atas merupakan realita saat ini bahwa “Dakwah” hanya sebagai ajang Gozwu Al-Fikr.
 Jika sudah begitu maka dakwah bukan lagi menjadi solusi permasalahan ummat, justru menjadi tonggak permasalahan ummat di Indonesia. Di Negara yang tengah memproklamirkan sebagai Negara dengan toleransi yang tinggi dan sebagai kiblat Negara tertoleransi di dunia, seharusnya permasalahan semacam itu dapat di hindari. Keadaan-Keadaan di atas menggambarkan bahwa proses “Dakwah” Indonesia baik pelaku, maupun konten dakwah masih jauh dari prinsip-prinsip dakwah.
Memperhatikan Kode Etik Dakwah
Maka setidaknya untuk mengantisipasi hal di atas, pelaku dakwah harus memperhatikan setidaknya enam kode etik dakwah yang telah di rumuskan oleh Ittihadul Muballighin (organisasi para da’i) pada tahun 25-28 Juni 1996 yang saat itu di pimpin oleh KH.Syukron Ma’mun dalam musyawarah Nasional yang ke-4[3], Musyawarah tersebut menghasilkan enam kode etik dalam berdakwah.
Yang pertama, “tidak memisahkan ucapan dengan perbuatan[4]”. Hal ini dimaksudkan agar kredibilitas seorang penda’i tetap terjaga, tujuannya tidak lain agar dakwah berjalan sukses, suksesnya dakwah secara mendasar tentunya dilihat dari factor penda’i. maka pelaku dakwah hendaknya tidak berbicara dengan apa yang belum ia kerjakan.
Yang kedua, “tidak melakukan toleransi agama[5]”. Yang dimaksud adalah tidak melakukan toleransi terhadap hal-hal yang menyangkut persoalan Akidah dan Ibadah, hal ini karena sangat bertentangan dengan prinsip agama islam itu sendiri, maka sebagai pelaku dakwah tentunya harus menghindari hal-hal yang menyangkut ibadah dan akidah, karena pada dasarnya hal tersebut sudah paten dan tidak dapat di bedah seperti apapun.
Yang ketiga, “tidak mencerca sesembahan orang lain[6]”, prinsip ini harus benar-benar di pegang teguh oleh para pelaku dakwah, karena dakwah hakikatnya tidak ada paksaan, selain itu sumber toleransi yang paling prinsip dalam beragama adalah tidak mengejek, mengolok-olok sesembahan agama lain, inilah hal yang sangat urgen bukan hanya dalam beragama akan tetapi bernegara, bersosial dan semacamnya. Hal tersebut harus menjadi prinsip dasar setiap individu muslim.
Yang keempat, “tidak melakukan diskriminasi[7]”, hal ini menjadi sangat penting untuk di perhatikan, dalam proses dakwah, pendakwah tidak di perkenankan membedakan antara yang kaya dengan yang miskin, antara teman dan orang lain, dan sebagainya, karena dakwah harus di sampaikan kepada seluruh ummat manusia tanpa memandang status atau derajat apapun. Dakwah akan sukses karena disampaikan secara bijak sana tanpa memandang status undien.
Yang kelima, “tidak memungut imbalan[8]”, berbicara imbalan pendakwah, tidak sama dengan berbicara imbalan para pekerja dan semacamnya, karena “Dakwah” hakikatnya merupakan panggilah hati seorang muslim untuk mengabdi pada Allah, maka sangat tidak etis seorang da’i meminta imbalan atas apa yang ia sampaikan, cukuplah pahala Allah yang menjadi imbalan terbaik pendakwah. Maka seharusnya pada pendakwah haruslah mempunyai pekerjaan lain selain da’i, hal ini ditujukan agar pendakwah tidak terjebak dalam belenggu profesinya sebagai da’i.
Yang terakhir adalah, ‘tidak mengawani pelaku maksiat[9]”, selain karena menjaga kredibilitas pendakwah itu sendiri, hal tersebut dimaksudkan agar terhindar dari fitnah yang mungkin saja terjadi, maka cara lain yang bisa di sampaikan pada era ini adalah melakukan pendekatan struktural. Hal tersebut sudah pernah di lakukan oleh dua orang da’i di Surabaya dalam rangka menghapus lokalisasi terbesar di asia tenggara, tepatnya di Dolly Surabaya.
 KH. Khoiron Syu’aib dan Ust Sunarto seorang pendakwah di jawa timur yang telah sukses menutup hampir seluruh lokalisasi-lokalisasi yang ada di jawa timur, hal tersebut tidak lain karena pendekatan kedua peda’i tersebut menggunakan pendekatan struktural. Yaitu melibatkan pihak pemerintah. Pendekatan tersebut cukup berhasil dalam proses dakwah yang di lakukan kedua da’i tersebut, hal ini dapat di jadikan referensi bagi pendakwah di era sekarang dan masa depan.
Melakukan Perubahan Strategi Dakwah
            Selain enam kode etik dakwah di atas yang harus di perhatikan, maka dalam rangka menunjang kesuksesan proses dakwah di era reformasi dan informasi ini, maka tentu kita tidak bisa bertumpu hanya pada metode konvensional (ceramah). Karena di era digitalisasi seperti sekarang ini, dimana arus informasi berjalan sangat cepat tanpa memandang ruang dan waktu, maka mau tidak mau pendakwah haruslah menguasai dunia teknologi dan mampu menguasai akses informasi yang serba cepat ini.
            Dengan kata lain berkembangnya teknologi saat ini harus dijadikan peluang oleh para pendakwah sebagai akomodasi content dakwah yang juga harus menyebar keseluruh umat manusia. hal tersebut dalam rangka mengimbangi informasi-informai yang juga telah menyebar dimana informasi tersebut tidak mengandung muatan ajaran islam. Tentunya dengan adanya media sosial sebagai akomodasi menyebarnya konten yang memuat ajaran islam, maka setiap da’i harus mampu memuat konten yang sesuai dengan kebutuhan umat manusia.
            Selain menyangkut muatan konten, strategi selanjutnya yang juga harus di perhatikan adalah derasnya informasi yang ada, segala informasi yang ada dapat dijadikan sebagai gambaran awal tentang kebutuhan spiritual manusia, maka dari situ kita dapat menyesuaikan hal apa yang akan kita di sampikan, misalkan saja beredar wacana pemerintah akan mem-phk buruh pabrik secara besar-besaran.
 Wacana tersebut dapat kita jadikan sebagai suatu informasi tentang keadaan masyarakat Indonesia saat ini, dari informasi tersebut kita dapat memberikan pencerahan pada masyarakat tentang bagimana seharusnya masyarakat atau umat islam menyikapi wacana tersebut. Disitulah peran pendakwah seharusnya datang sebagai sumber penyejuk permasalahan masyarakat.
            Melihat betapa besar dan beratnya tantangan umat islam di era globalisasi saat ini, maka hal yang paling penting yang harus di persiapkan oleh masing-masing diri umat islam pada era informasi, adalah mempersiapkan umat islam pada penguasaan system jaringan informasi. Karena adanya perubahan paradigmatik di segala aspek menyebabkan dakwah harus dilakukan sesuai dengan tuntunan era informasi. Hal ini memang harus dilakukan dan disertai dengan etos yang tinggi dalam berdakwah. Karena tanpa adanya semangat yang tinggi misi dakwah tidak akan pernah sampai.  

penulis : Lukman Alfarisi (tulisan ini pernah di ikut sertakan dalam lomba penulisan artikel se indonesia di Universitas Islam Bandung (UNISBA) pada 30 Agustus 2016, dan berhasil meraih juara pertama.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                     


[1] Baca http://showbiz.liputan6.com/read/676402/soal-tarif-dakwah-ustad-solmed-akhirnya-minta-maaf
[2] Baca http://www.tribunnews.com/seleb/2016/04/26/muncul-petisi-tolak-oki-setiana-dewi-disebut-ustadzah
[3] Lihat Dr. H. A. Sunarto AS, M.EI “Etika Dakwah” Hlm 21
[4] 25Ibid
[5] 26Ibid
[6] 26Ibid
[7] 27Ibid
[8] 28Ibid
[9] 29Ibid